Rabu, 26 Oktober 2011

Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku !


Seorang Ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, "Ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara shalat pamanku dan aku meniru gerakannya.

Suatu hari, paman berkata kepadaku, 'Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?'
Aku menukas, 'Bagaimana caranya aku mengingatnya?'

Beliau menjawab, 'Anakku, jika kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakkan lisanmu, 'Allahu ma'i... Allahu naadhiri... Allahu syaahidi!' (Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!).
Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada paman.
Pamanku berkata, 'Mulai sekarang, ucapkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.'
Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah Swt.
Satu tahun setelah itu, paman berkata, 'Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat.'
Lalu, pamanku berkata, 'Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?'
Kalimat Allahu ma'i. Allahu naadhiri. Allahu syaahidi. ! sangat terkenal di kalangan ulama arif billah. Bahkan, Syeikh Al-Azhar; Imam Abdul Halim Mahmud, yang dikenal sebagai ulama yang arif billah menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma'iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan disaksikan oleh Allah Swt, di mana dan kapan saja).
Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat?
Apa yang diajarkan Muhammad bin Suwar kepada Sahal Tasatturi, keponakannya, terbilang sederhana. Yaitu menggunakan metode pengulangan. Menyebutkan suatu hal secara berulang-ulang, melalui lisan, pikiran dan hati sekaligus, akan menjadikan kalimat-kalimat tersebut tertanam kuat di alam bawah sadar. Bila terus diulang dalam jangka waktu lama maknanya akan mendarah daging dan akhirnya menjadi kekuatan dahsyat yang akan mengendalikan tingkah laku.....
Di Poskan Oleh Gavin Tea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar